Predikat brokoli sebagai superfood sepertinya tidak perlu diragukan lagi. Begitu banyak riset yang menunjukkan betapa makanan alami ini kaya akan zat-zat yang berfaedah bagi kesehatan.
Sebuah penelitian terbaru di Inggris mengindikasikan brokoli memiliki zat penting yang mampu memperbaiki dan mengembalikan fungsi pembuluh darah yang rusak akibat diabetes. Peneliti dari Universitas Warwick
meyakini, zat yang bernama sulforaphane ini, memiliki peran besar dalam memulihkan kembali pembuluh darah.
Seperti dimuat di Jurnal Diabetes, sulforaphane mempu merangsang produksi enzim-enzim yang dapat melindungi pembuluh darah dan menurunkan molekul-molekul yang menyebabkan kerusakan sel-sel secara signifikan.
Sayuran-sayuran jenis brassica seperti brokoli sebelumnya memang
berkaitan dengan rendahnya risiko serangan jantung dan stroke.
Orang yang mengidap diabetes tercatat memiliki risiko lebih besar hingga
lima kali lipat mengidap penyakit kardiovaskuler seperti serangan
jantung dan stroke; yang keduanya juga berkaitan dengan kerusakan
sel-sel pembuluh darah.
Dalam risetnya, tim dari Universitas Warwick, menguji pengaruh
sulforaphane dalam sel-sel pembuluh darah yang rusak akibat tingginya
kadar gula darah (hiperglikemia), yang berkaitan erat dengan diabetes.
Mencegah Luka Diabetes Agar Tidak Kronis Gunakan BIOTIL
Mereka mencatat adanya 73 persen reduksi molekul tubuh yang disebut
Reactive Oxygen Species (ROS). Hiperglikemia dapat menyebabkan kadar ROS
meningkat tiga kali lipat dan tingginya kadar molekul ini bisa merusak
sel-sel tubuh. Peneliti juga menemukan bahwa sulforaphane mengaktivasi
sejenis protein dalam tubuh yang disebut nrf2, yang dapat melindungi
sel-sel dan jaringan dari kerusakan dengan cara mengaktivasi antioksidan
dan enzim-enzim detoksifikasi.
“Riset kami mengindikasikan bahwa zat seperti sulforaphane dalam brokoli
dapat membantu menghadang proses yang berhubungan dengan perkembangan
penyakit pembuluh darah dalam diabetes. Ke depan, penting artinya untuk
menggelar penelitian untuk menguji apakah mengonsumsi sayuran brassica
memberikan faedah bagi pasien diabetik. Kami berharap itu akan terjadi,”
ujar pimpinan riset, Prof.DR. Eddy Sagola
Sebuah penelitian terbaru di Inggris mengindikasikan brokoli memiliki zat penting yang mampu memperbaiki dan mengembalikan fungsi pembuluh darah yang rusak akibat diabetes. Peneliti dari Universitas Warwick
meyakini, zat yang bernama sulforaphane ini, memiliki peran besar dalam memulihkan kembali pembuluh darah.
Seperti dimuat di Jurnal Diabetes, sulforaphane mempu merangsang produksi enzim-enzim yang dapat melindungi pembuluh darah dan menurunkan molekul-molekul yang menyebabkan kerusakan sel-sel secara signifikan.
Sayuran-sayuran jenis brassica seperti brokoli sebelumnya memang
berkaitan dengan rendahnya risiko serangan jantung dan stroke.
Orang yang mengidap diabetes tercatat memiliki risiko lebih besar hingga
lima kali lipat mengidap penyakit kardiovaskuler seperti serangan
jantung dan stroke; yang keduanya juga berkaitan dengan kerusakan
sel-sel pembuluh darah.
Dalam risetnya, tim dari Universitas Warwick, menguji pengaruh
sulforaphane dalam sel-sel pembuluh darah yang rusak akibat tingginya
kadar gula darah (hiperglikemia), yang berkaitan erat dengan diabetes.
Mencegah Luka Diabetes Agar Tidak Kronis Gunakan BIOTIL
Mereka mencatat adanya 73 persen reduksi molekul tubuh yang disebut
Reactive Oxygen Species (ROS). Hiperglikemia dapat menyebabkan kadar ROS
meningkat tiga kali lipat dan tingginya kadar molekul ini bisa merusak
sel-sel tubuh. Peneliti juga menemukan bahwa sulforaphane mengaktivasi
sejenis protein dalam tubuh yang disebut nrf2, yang dapat melindungi
sel-sel dan jaringan dari kerusakan dengan cara mengaktivasi antioksidan
dan enzim-enzim detoksifikasi.
“Riset kami mengindikasikan bahwa zat seperti sulforaphane dalam brokoli
dapat membantu menghadang proses yang berhubungan dengan perkembangan
penyakit pembuluh darah dalam diabetes. Ke depan, penting artinya untuk
menggelar penelitian untuk menguji apakah mengonsumsi sayuran brassica
memberikan faedah bagi pasien diabetik. Kami berharap itu akan terjadi,”
ujar pimpinan riset, Prof.DR. Eddy Sagola
Tidak ada komentar:
Posting Komentar